Seorang wanita bernama Alya
sedang minum secangkir kopi disebuah kafe dan note. Saat membuka note tersebut
ia membaca tulisan “sahabatku Dimas”. Tiba-tiba ia teringat dengan sahabatnya
tersebut. Lalu dihalaman berikutnya ada foto sahabatnya tersebut dengan ekspesi
konyolnya. Ia pun semakin mengingat sahabatnya tersebut. Setelah menutup note
tersebut jatus sebuah foto ia bersama sahabatnya tersebut yang terselip di note
tersebut.
Alya yang ketika itu sedang
menikmati sore harinya di cafe lalu gundah – gulana memikirkan sahabatnya
tersebut. Lalu ia membuka note tersebut “kali ini aku merasa bingung wahai
sahabku, aku membutuhkan mu saat ini”. Lalu ia mengingat kembali
kejadian-kejadian mereka tersebut.
“kriiiiing” Sabtu, 16 Juni 2013 Dimas menerima pesan singkat dari
Alya, “Mas kamu dimana aku lagi bete nih,
main yuk sekarangkan hari sabtu berarti
aku gajian, kita ketaman yuk”. Dimas yang saat itu sedang mumet dalam dunia
perkuliahan dan krisis ekonominya pun langsung menuju taman dimana mereka biasa
bertemu.
Tepat jam 2 kurang 8 menit Dimas
tiba di taman tersebut. Ia meminum air mineral yang dibawanya sambil menunggu
Alya tiba. Sudah lima menit Dimas menunggu Alya pun belum kunjung datang. Dimas
pun lalu mengirim pesan singkat kepada Alya “kamu dimana aku sudah sampai ditaman tempat kita ketemu biasa”.
Jam 2 lewat 5 menit Alya pun tiba
di taman tersebut. Lalu ia pun meminta maaf “heiii sory yah nunggu, hehe macet nih” sambil menunjukan muka
manjanya. Dimas pun menjawab dengan kata sindiran “dari aku lahir sampai sekarang jalan di kota-kota besar itu selalu
macet, apalagi hari sabtu jam segini orang pulang kantor, masih ajah kamu macet
jadi alasan” diakhiri dengan muka kesal. Demi mencari aman dari amarah sang
sahabat Alya pun mengajak Dimas untuk berkeliling taman “ia bapak Presiden maafkan kesalahan saya, dari pada bapak marah-marah
melulu nanti banyak penyakit menyerbu bapak loh, mending kita keliling yuk” sambil
mengangkat tangannya seperti orang hormat saat Upacara bendera. Dimas pun
menjawab “ia-ia, tapi itukan kata-kata aku kalo kamu lagi marah-marah,” sambil
berjalan.
Lalu mereka berjalan dan membeli
air minum. Saat asik bejalan sambil bercanda mereka melihat ada dua orang
pemuda sedang berebut air minum.
Alya : Eh mas
liat deh mas , itu dua orang cowok lagi rebutan air minum
Dimas : ia aku juga
liat,emang kenapa ?
Alya : ia itu loh
udah gede juga cuma minum ajah berebut kaya anak kecil ajah!
Dimas : ia aku juga tau al Cuma ya biarin ajah
mereka sudah besar – sudah tau mana yang baik dan
Buruk.
Alya : yee ko kamu jawabnya gitu serius banget
kaya rapat Paripurna ajah
Dimas : abis kamu kalo Cuma kaya gitu ajah sih gak
aneh tapi coba ihat tuh kalo lagi macet pasti
Semua orang berebut paling duluan asal serobot ajah, padahalkan mereka
udah pada
dewasa tapi masih rebutan,apa itu gak kaya anak kecil.
Alya : ia pak Presiden siap (sambil hormat)
Dimas pun megajak Alya duduk
karena merasa obrolannya semakin seru. “al duduk yuk pegel nih jalan mulu”
menunjukan muka seriusnya. Alya pun bertanya soal apa yang mereka perbincakan tadi “mas ko kamu jadi nyambuk ke macet segala sih aku gak nerti”. Dimas
menjawabnya dengan nada serius “hmmm
yaudah kamu inget gak waktu itu kita pekerja kantoran yang kesiangan dan tukang
ojek yang sok paling bener itu berantem berebut jalan padahal mereka itukan
udah pada tua tapi kaya anak kecil rebutan gang sempit”. Alya pun tertawa
saat mendengarkan cerita tersebut seakan-akan diapun merasa paling dewasa dan
tidak pernah berebut dan menuntut apa yang ia inginkan.
Alya melihat jam yang
digunakannya sudah pukul dua lewat dua puluh menit, ia merasa kelaparan,
meringis dan merbicara dengan nada kesakitan “mas, perut aku sakit, laper nih
belum makan”. Dengan sigapnya Dimas pun mengelurakan makanan dari ranselnya.
“hmmmmm kamu ini dari dulu sampe sekarang masih ajah gak berubah gak tau waktu
buat makan emangnya kamu sibuk ngapain sih sampe kelaperan begini”.
Dimas pun membayangkan ketika
Alya sedang asik pacaran lupa kepadanya namun saat ia kesusahan pasti datang
kepadnya. Sambil mereung Dimas pun melihat Alya yang sedang lahap memakan
makanan darinya.
Ketika itu Dimas mengirim psan
singkat kepada Alya, “kamu dimana ? ko
tumben gak ganguin aku”, Alya pun membalasnya “hee aku lagi sama ayang aku nih, maaf yah pak Presiden aku pacaran dulu”.
Dimas pun merasa senang membaca pesan singkat dari Alya yang merurutnya Alya
sedang bersenang senang bersama kekasihnya, namun rasa cemas pun datang apakah
Alya bisa merasa nyaman, aman dan bahagia bersama kekasihnya tersebut.
Saat
rasa hawatir terhadap Alya itu menggangu Dimas, tiba-tiba Alya pun mengirimkan
pesan singkat “mas sory ganggu kamu masih
ada uang gak ? tolong transfer dong, kartu kredit pacar aku ketinggalan”.
Dimas pun mengirim uang ke rekening Alya. Rasa khawatis semakin menghantui diri
Dimas.
Tidak
lama kemudian Alya mengirim pesan singkat ke Dimas “mas jemput aku dong tadi
pacar aku si Danu itu di tepon tantenya katanya mau ke Rumah Sakit. Dimas pun
tidak buang-buang waktu langsung meluncur untuk menjemput Alya.
Setelah
di jemput Alya mengajak Dimas untuk berjalan-jalan sebentar. Sambil menikmati
makanan ringan Alya pun mengucapkan terima kasih kepada Dimas karena sudah di
repotkan oleh Alya.
Ketika
sedang teridiam melamunkan kejadian tersebut tiba-tiba Alya dengan suara lantanya
mengagetkan Dimas, “woiiii bengong aja
kamu, kenapa ? mau makan juga nih aku suapin”. Dimas dengan kagetnya
menjawab, “ehmmmeh e enggak udah buat kamu ajah, aku udah makan ko” sambil
mengelus perutnya.
Dimas
pun mulai membahas apayang ada dalam lamunan tentang kejadian tersebut. “eh al kamu inget gak, waktu kamu jalan sama
mantan kamu si Danu itu”. Dengan histeris dan tertawa Alya pun menjawabnya
“hah gila kamu itu gokil banget ko kamu masih inget sih, issshhh norak deh” di
lanjutkan dengan wajah malu.
Dimas
pun memberi nasihat kepada Alya “makanya
kalo cari pacar itu hati-hati harus cermat jangan asal ganteng doang, memang
cinta itu soal perasaan yang tidak bisa di ingkari, tapi apa kamu mau ambil
resiko”. Alya pun menyangkalnya “hmmm
itu kan waktu itu sekarang aku kan punya kamu sahabat aku”. “aku kan Cuma sahabat kamu bukan pacar” Dimas
menyambar. “ia tapi sekarang aku merasa
nyaman dan gak butuh pacar lagi”. Dimas dengan herannya “loh ko gitu eh aku kasih tau yah kita ini
sedang bicara soal perasaan bukan soal orang terdekat”. Alya merasa bahasa
yang di lontarkan Dimas itu bernada kurang enak langsung menjawab dengan emosi
“heh kamu ini kenapa sih ko tiba-tiba
marah, aku kan gak salah apa-apa ?”. Dimas pun meminta maaf, “iaa sory aku kebawa suasana abis ngebayangin
kelakuan si Danu itu”. “ya sekarang
kamu sudah tau kan rasanya disakiti, berarti kamu akan lebih tau rasanya
dibahagiakan oleh orang lain, bukan Cuma itu kamu juga harus menghargai orang
yang sudah membahagiakan kamu itu, nanti kalo dia udah gak ada, kamu nyesel loh”
tegas Dimas kepada Alya.
“eh mas aku mau curhat dong, kenapa yah ko
aku merasa orang disekeliling aku, benda yang ada di sekeliling aku dan makhluk
hidup yang bergerak kayanya membenci aku deh” curhat Alya. “loh ko tiba-tiba kamu merasa seperti itu,
mungkin perasaan kamu ajah kali” sambar Dimas. Alya pun menceritakan
kejadian apa yang menurutnya aneh “ia mas
kayanya waktu, teman kerja, keluarga, cuaca dan lain-lain itu gak bersahabat
sama aku, aku merasa sendiri mas, gak ada yang peduli sama aku”. “ bukan mereka yang memusuhi kamu tapi kamu
sendiri yang gak pernah memperhatikan mereka, apa mereka memperhatikan dan
berniat baik sama kamu dan pernah kamu sadarin. Mungkin kamu yang gak peka sama
mereka” tegas Dimas. Alya dengan wajah herannya “oh gitu yah Mas berarti emang aku yang gak peka yah”. “ia mungkin itu masalah kamu karena “
Dimas dengan menghembuskan nafas. “Musuh
terbesarku adalah Diriku dan Jawaban atas Masalah ku adalah diriku sendiri”
tambah Dimas.
BERSAMBUNG






























